Jumat, 03 Maret 2023

Pukul 6

Desember kemarin nala janji sama diri sendiri, terakhir kali nyakitin diri. Tapi, setelah mencoba hilang 2 bulan, ternyata sama  sekali tidak mengubah apapun. Dia nala yang masih saja dan akan selalu mencintai laki laki itu.

Nala bingung, sebenarnya apalagi yang harus nala harapkan dari laki - laki yang berparas biasa saja itu, seorang teman yang jelas - jelas mengucapkan tidak mau bersama sebagai pasangan. "Jujur, sampai saat ini pun aku tidak faham seperti apa sebenernya bentuk perasaanku kepadamu" Ucap nala. Nala merasa memang nala yang egois, memaksakan sesuatu yang jelas tidak bisa dipaksakan.

Nala faham sekali konsep dari stoic, tidak ada yang bisa Nala kendalikan kecuali diri Nala sendiri, Nala juga sering baca kalau Nala gabisa ubah suatu hal yang buruk menjadi baik maka yang harus diubah adalah bagaimana cara Nala menanggapinya.

Setelah 3 tahun berlalu, Nala dan perasaan yang sama yang masih saja cinta, bahkan saat Laki - laki itu sudah ganti kekasih 2 kali dan Nala masih saja simpan harap ini pada lelaki itu. Miris yahh, berkali - kali Nala yakinin diriku kalo dia bukan buat Nala. Tapi fikiran Nala terus nolak dan lagi - lagi terus kefikiran gimana dia nyakitin Nala dengan sengaja..

Apa sebenarnya hal yang membuat lelaki itu sama sekali tidak bisa menerima Nala? bisa Nala balikkan fokusnya pada pertanyaan ini dulu. Bukan pertanyaan lelaki itu yang disampaikan pada Nala yang ditanyakan kenapa Nala harus suka pada Lelaki itu dan kenapa Nala harus belajar buka hati kepada yang lain. Coba saja pertanyaan itu Nala balikin lagi ke Dia "lalu kenapa tidak kamu saja yang belajar buka hati untukku? bukankah itu terlalu egois? kamu merasa kamu pemeran utamanya dalam hidupku, jadi seolah - olah harus terus aku yang mengalah" Lelaki yang bermana Alex terlalu takut memulai hal yang baru dari suatu pertemanan. Apa yang salah jika semua bermula dari teman. Juga pernyataan Alex yang serius menyayat hati Nala katanya "bersama tidak harus menjadi pasangan" ringan sekali rupanya Alex sampaikan itu pada Nala. 

Apa yang harus Nala katakan lagi, rasanya Nala seperti perempuan yang begitu mengemis cinta seorang lelaki yang keras kepala. Nala tau, lelaki memang sejatinya untuk mengejar, Nala pun tidak bermaksud untuk mengejar Alex, tapi apakah Alex tidak terlalu jahat karna mengabaikan berbagai effort yang sudah Nala lakukan untuknya? Jika harus Nala sebutkan satu persatunya mungkin nanti Nala akan dicap orang itung - itungan lalu Alex ucapkan lagi dengan mudahnya "konklusinya mau gimana? mau dikalkulasiin aja?" tidak, bukan perkara uang yang Nala harapkan, atau balasan gift yang Nala berikan. "Susah yaa emang, buat maksain hati orang tuh" fikir Nala 

Nala cape, Nala sudah lelah terus terusan ke distract hal kaya gini. Tapi Alex pernah bayangin dan fikirin ga sih? Alex dengan sengajanya terus terusan mencintai dan bersama perempuan di dalam satu organisasi dengan Nala sudah 2 kali Alex lakukan itu. Jujur sebenarnya Nala kecewa, tapi mau gimanapun ya itu memang pilihan Alex, sakit memang, tapi lagi lagi kata yang keluar "yaa mau gimana lagi, perasaan orang bukan gue yang atur".

Jadi buat sekarang, Nala hanya ingin ketenangan, tanpa Alex, tanpa perempuan Alex, tanpa rasa sakit yang selalu kamu berikan padaku. 

Untuk semua yang sudah Nala berikan, lagu, surat apapun itu Nala harap itu bisa menjadi sebuah kenangan rasa sakit diri Nala. Apa Nala harus berterimakasih? Mungkin iya, karna terkadang kita bisa lebih bijaksana setelah kita melalui beberapa hal yang menyakitkan, dan selamat Alex sudah menyakiti Nala beberapa kali. Semoga hal - hal baik selalu menyertai kehidupan ini. 

Nala sama sekali tidak berharap agar kita dipertemukan di lain waktu, bukan perkara Nala sudah mengikhlaskan Alex tapi Nala rasa sudah terlalu banyak hal yang menyakitkan yang Alex tinggalkan dalam diri ini. Harapan Nala adalah Nala tidak lagi mengenalmu dan tidak lagi memiliki perasaan seperti ini.

titik 0

  7 bulan terlewat begitu saja, sepi, sedih, hampa aku lalui sendiri dalam kegelapan, belum juga aku temukan secercah Cahaya. Entah aku yang...