Rabu, 30 Juli 2025

titik 0

 7 bulan terlewat begitu saja, sepi, sedih, hampa aku lalui sendiri dalam kegelapan, belum juga aku temukan secercah Cahaya. Entah aku yang terlalu malas, atau memang dunia terlalu kejam untuk ku hadapi. Setelah lulus dari sekolah dan kuliah, kehidupan sebenarnya baru terasa, hampa tanpa seorang kekasih, sedih tanpa adanya pekerjaan. Hidup rasanya tidak bermakna, banyak hal yang ingin ku lakukan di masa muda ini, namun rasanya banyak sekali penghalang yang tiada henti menerobos masuk tanpa sedikit saja mengizinkan aku untuk merasakan seperti apa rasanya menjadi manusia dan remaja normal seperti kebanyakan teman – temanku di luar sana.

Seperti memang yang sudah bisa ditebak, ada yang sudah menikah ada yang sudah menjadi staff level atas, ada yang sudah menjadi pengusaha, ada pula yang asik berjalan – jalan dan berkeliling menikmati indahnya dunia ini. Sedang aku di sini, masih dengan diriku yang 5 tahun lalu, aku masih tinggal di rumah orang tua ku, masih saja menangis tiap malam, masih dan akan selalu menyukai kucing, aku sendiri hanya sendiri Bersama angin – angin malam yang kadang melewatkan ku begitu saja kala aku berdiam diri di luar di Tengah malam. Bosan rasanya dengan rutinitas yang entah sampai kapan harus aku rasakan tiap hari, aku ingin sekali merasakan kehidupan di kota besar, bermain Bersama teman – teman ku, mencoba berbagai transportasi umum, menonton konser penyanyi favorit, pergi pagi pulang sore untuk bekerja. Rindu menggebu dengan kehidupan seperti itu.

Untuk melihat media sosial saja rasanya sudah berat, aku hanya menonton drama korea untuk menemani keseharian ku, membuka obrolan dengan seorang pria saja pun rasanya aku tak sanggup jika aku sedang berada di titik 0 seperti ini. Rasanya belum ada value yang bisa aku banggakan. Bukan, bukan aku ingin menjadi seseorang yang wah, hanya saja aku tidak ingin membuat seorang pria malu dengan aku yang bukan siapa – siapa, aku pun harus memiliki pekerjaan yang settle rasa percaya diri untuk membangun sebuah hubungan, rupanya aku memang belum siap untuk menjalin hubungan, meski rasanya aku sudah menantikan kehidupan romantic di hatiku.

Yang aku punya sekarang hanyalah waktu, waktu untuk belajar lebih banyak, waktu untuk berdoa dan berusaha lebih banyak lagi. Satu satunya yang aku harapkan dan ku semogakan hanyalah harapan pada Tuhan ku, aku yakin bahwa tiap -tiap rezeki tidak akan pernah tertukar, dan aku yakin bahwa Allah tidak akan membiarkan hambanya selalu berada di titik terbawah.

 

Minggu, 03 September 2023

Bikin Mikir

 



Dikelilingi orang - orang yang keliatannya sangat berada dan bisa segampang itu ngeluarin duit segepok ternyata cukup challenging. Bukan perkara cobaan nahan - nahan biar ga kaya mereka, tapi lebih ke sedih dan akhirnya self reflect sendiri. Dilahirin dan dibesarkan dari keluarga menengah ke bawah emang jadi struggling banget buat gue sendiri di masa sekarang, terlebih lagi dengan berbagai gaya hidup yang makin sini makin kesana. Gue selalu ngomong sama diri sendiri dan curhat sama Tuhan "aku takut, kalo nanti standard hidup ku jadi naik dan berubah". ya memang sudah semestinya manusia itu pasti tumbuh dan berkembang, ga nutup kemungkinan juga dengan gue berusaha dan selalu berdoa pasti bakalan merubah keadaan gue saat ini. Tapi yang gue takutin nanti, gue malah berubah jadi manusia yang ikut-ikutan hedon, padahal ada banyak orang yang jauh lebih berada tapi sederhananya pun luar biasa. Gue salut sama orang yang bisa mengatur dunianya, bukan dunia yang mengaturnya, dan gue malu kalo gue jadi manusia yang hambur tapi untuk bersedekah malah ga seberapa. 

Dilain kesempatan, pernah juga ngeliat di depan mata gimana seseorang pesen makanan dengan harga yang ga mahal, terus pas dimakan malah ga dihabisin. Sementara gue jadi kefikiran sama orang - orang yang didetik itu juga perutnya keroncongan karena belum makan berhari - hari. Semakin hari emang gue semakin sadar ternyata manusia bener - bener tumbuh makin besar juga kecintaanya terhadap dunia karena ngerasa bisa semudah itu bisa dapet duit dan ngeluarin duit dan yang lebih ngenesnya mereka sendiri nggak sadar. Kadang disisi lain juga, kalo gue lagi makan dan gue ngerasa makanan itu gaenak dan dengan porsi yang besar gue sedemikan buat gue abisin, karna pada saat itu gue bakalan ngerasa bersalah kalo makanan itu ga gue abisin. 
Hmmm, ngeliat gimana manusia bisa sehedon itu, sematrealistis itu, bisa sedzalim itu ke manusia yang lain hanya karna duit, itu semua ternyata bikin hati gue jadi ga nyaman. Cuma gue gabisa ngomong apa - apa selain diem dan memperhatikan semua buat gue jadiin pelajaran di hidup gue yang mungkin masih banyak alur yang harus gue hadapin kedepannya.
Sebenernya kalo difikir - fikir, gue itu tipe manusia yang beneran irit, bahkan untuk baju aja gue bukan tipe manusia impulsif yang bisa tiap bulan beli baju. selama baju itu ga sobek dan ga rusak bakalan gue pake terus - terus. Tapi kadang ada aja orang yang komen tentang hidup gue, karna gue baru beli baju yang mungkin sekarang lagi jamannya. Padahal baru itu gue beli baju lagi, dan itupun udah melalui beberapa pertimbangan biar baju tu bisa awet minimal 1 tahun kedepan, dan gue ga impulsif untuk terus - terusan beli baju dan bisa jadi limbah juga. 
Tapi meski gue sudah seirit apapun itu, tetep aja kalo emang kita ga bisa bersyukur pasti gabakalan pernah cukup tuh apa yang kita dapetin. Tiap hari pasti akan selalu aja ngerasa kurang. Tapi sebenernya kebiasaan kaya gitutu emang udah gue lakuin semenjak gue SD dulu, dimana kalo gue mau beli tas aja gue pasti harus usaha dulu nabung dari hasil upah kalo gue disuruh pergi ke warung ama orangtua gue dan nenek gue. Yaa.. hidup keluarga gue emang diajarin buat prihatin, dari gue kecil dulu bahkan untuk beli ayam goreng tepung yang di abang2 aja udah jadi satu kemewahan buat gue. 
HHH.... tapi gue juga kadang suka mikir lagi "kalo lo ngerasa ngeluarin duit 150 ribu untuk satu kali makan itu biasa aja, tandanya ada yang salah sama lo" wkwkwk i don't know about you guys, tapi bagi gue dengan hidup yang tidak seberuntung orang lain, itu emang bener. Karna ga semua orang bisa beli makan tanpa mikirin harga lagi kaya orang - orang tajir dan gue rasa pun, kalo gue udah jadi manusia tajir beneran wkwk gue pun gabakalan setega itu buat bilang "suka -suka guelah, kan duit gue" ketika gue tau kalau banyak orang di luaran sana yang sesusah itu hidupnya.
Yessss, sesimple itu, sesimple sebaiknya kita sadar ketika standard kita di atas rata - rata sebaiknya mensyukuri itu. Bukan malah menjadi berlebihan dan berhambur - hamburan menjadikan suatu kebiasaan atau bahkan merasa apa yang kita punya masih belum cukup. Karena ada beneran orang yang ga cukupppp, tapi mereka maslah merasa kaya dan puas karna hati mereka diliputi rasa bersyukur. 

"It's not about what is standard for individuals. It's about recognizing that others may not have the same privilege as you"  Kate welton.

I don't know about my text. Lebih ke pengen ngeluarin aja semua unek-unek eheheh.

Rabu, 02 Agustus 2023

Untuk Syifa

 Tulisan ini aku dedikasikan untukmu, Syifa.

Terimakasih karena sudah menjadi pribadi yang selalu memiliki rasa ingin tahu, ingin mengerti, dan selalu berusaha mencoba melakukan yang terbaik. Semangatmu untuk terus belajar dari apapun dan siapapun yang tak pernah padam. Karena dunia bukan sekedar untuk dihidupi dan dialami, tetapi juga untuk dipelajari.

Terimakasih karna sudah berusaha menghargai orang - orang disekitarmu, bisa berteman dengan siapa saja. Aku sangat menghargai keputusanmu untuk jadi pendengar, merangkul dan bersuara ketika ada orang yang tersakiti. 

Terimakasih karena sudah bergabung dengan barisan orang - orang yang ingin mengubah dunia. Meskipun banyak sekali manusia di luar sana yang menganggap kamu keras kepala, pemarah dan sifat buruk lainnya. Aku tau bahwa dunia ini memang tempat untuk semua makhluk dari yang keji hingga yang baik hati. Meskipun banyak manusia di dunia ini yang egosentris, berteriak - teriak di depan muka orang lain bahwa kebenaran hanya ada  pada mereka, tapi kamu Syifa bisa terus berusaha meyakinkan diri sendiri untuk tetap menjadi manusia yang baik. Meski aku tahu, jauh di dalam hati kamu terdapat carut marut tentang isi dunia. Kamu yang berusaha selalu tersenyum, saat semua orang menggapmu berhati dingin, dan tak punya kepedulian. Padahal jauh dari itu aku tahu kamu adalah manusia yang baik. Meski sebenarnya kamu memang tidak seperti perempuan yang biasa berada di luar sana.


Kamis, 20 Juli 2023

Ketika semua dimulai

 Tak di anggap dan tak berarti


Tak di anggap dan tak berati adalah hal yang sering aku rasakan beberapa tahun ini. Mengapa? Karna mungkin aku memang tidak pantas untuk mendapatkan hal itu. 

Aku tau untuk saat ini dianggap dan berarti untuk dirisendiri adalah salah satu yang terbaik. Tapi, apakah tak ada kesempatan untuk dianggap ada dan dibuat berarti oleh orang lain? Apakah itu benar-benar tak akan terjadi?

Setidak nya keluarga ku yang aku anggap rumah membuat aku merasa dianggap dan berarti. 

Aku merasa mereka tidak menganggapku ada, apa mungkin karna aku belum bisa memberikan apa yang mereka mau? Jadi jika aku belum mendapatkan itu, aku tidak bisa berlindung di rumah ku? Bahkan ketika badai datang pun? Aku berharap mereka bisa membuka mata, bahwa aku adalah manusia yang masih ingin di lindungi, dianggap bahkan di buat berarti untuk mereka.


(Tulisan kiriman dari sahabatku uti)

Minggu, 11 Juni 2023

Kembali

SINGKAT SAJA.

Lalu aku Kembali dengan rutinitasku, membaca buku sambil duduk memandangi tembok kamar kos ku, memutar playlist lagu favoritku di spotify. Semua hal terlihat sama, hanya saja sudah tidak ada lagi perasaan yang menggebu seperti dulu. Aku sedang belajar cukup dengan diri sendiri, sedang belajar tidak apa – apa untuk ditinggalkan, dikecewakan bahkan tidak dianggap. Karena pada akhirnya hidup memang sebuah penerimaan bahwa kita manusia hanya akan memiliki diri sendiri

Hidup dalam sebuah kebingungan pada akhirnya pun tak apa, setidaknya aku masih bisa mengajak diriku sendiri berdiskusi, memahami keadaan tentunya tidak akan sepenuhnya. Langkahku sering salah dan kebanyakan memang begitu. Tapi tak apa beberapa kesalahan memang akan terus terjadi dalam hidup.

 

Jumat, 03 Maret 2023

Pukul 6

Desember kemarin nala janji sama diri sendiri, terakhir kali nyakitin diri. Tapi, setelah mencoba hilang 2 bulan, ternyata sama  sekali tidak mengubah apapun. Dia nala yang masih saja dan akan selalu mencintai laki laki itu.

Nala bingung, sebenarnya apalagi yang harus nala harapkan dari laki - laki yang berparas biasa saja itu, seorang teman yang jelas - jelas mengucapkan tidak mau bersama sebagai pasangan. "Jujur, sampai saat ini pun aku tidak faham seperti apa sebenernya bentuk perasaanku kepadamu" Ucap nala. Nala merasa memang nala yang egois, memaksakan sesuatu yang jelas tidak bisa dipaksakan.

Nala faham sekali konsep dari stoic, tidak ada yang bisa Nala kendalikan kecuali diri Nala sendiri, Nala juga sering baca kalau Nala gabisa ubah suatu hal yang buruk menjadi baik maka yang harus diubah adalah bagaimana cara Nala menanggapinya.

Setelah 3 tahun berlalu, Nala dan perasaan yang sama yang masih saja cinta, bahkan saat Laki - laki itu sudah ganti kekasih 2 kali dan Nala masih saja simpan harap ini pada lelaki itu. Miris yahh, berkali - kali Nala yakinin diriku kalo dia bukan buat Nala. Tapi fikiran Nala terus nolak dan lagi - lagi terus kefikiran gimana dia nyakitin Nala dengan sengaja..

Apa sebenarnya hal yang membuat lelaki itu sama sekali tidak bisa menerima Nala? bisa Nala balikkan fokusnya pada pertanyaan ini dulu. Bukan pertanyaan lelaki itu yang disampaikan pada Nala yang ditanyakan kenapa Nala harus suka pada Lelaki itu dan kenapa Nala harus belajar buka hati kepada yang lain. Coba saja pertanyaan itu Nala balikin lagi ke Dia "lalu kenapa tidak kamu saja yang belajar buka hati untukku? bukankah itu terlalu egois? kamu merasa kamu pemeran utamanya dalam hidupku, jadi seolah - olah harus terus aku yang mengalah" Lelaki yang bermana Alex terlalu takut memulai hal yang baru dari suatu pertemanan. Apa yang salah jika semua bermula dari teman. Juga pernyataan Alex yang serius menyayat hati Nala katanya "bersama tidak harus menjadi pasangan" ringan sekali rupanya Alex sampaikan itu pada Nala. 

Apa yang harus Nala katakan lagi, rasanya Nala seperti perempuan yang begitu mengemis cinta seorang lelaki yang keras kepala. Nala tau, lelaki memang sejatinya untuk mengejar, Nala pun tidak bermaksud untuk mengejar Alex, tapi apakah Alex tidak terlalu jahat karna mengabaikan berbagai effort yang sudah Nala lakukan untuknya? Jika harus Nala sebutkan satu persatunya mungkin nanti Nala akan dicap orang itung - itungan lalu Alex ucapkan lagi dengan mudahnya "konklusinya mau gimana? mau dikalkulasiin aja?" tidak, bukan perkara uang yang Nala harapkan, atau balasan gift yang Nala berikan. "Susah yaa emang, buat maksain hati orang tuh" fikir Nala 

Nala cape, Nala sudah lelah terus terusan ke distract hal kaya gini. Tapi Alex pernah bayangin dan fikirin ga sih? Alex dengan sengajanya terus terusan mencintai dan bersama perempuan di dalam satu organisasi dengan Nala sudah 2 kali Alex lakukan itu. Jujur sebenarnya Nala kecewa, tapi mau gimanapun ya itu memang pilihan Alex, sakit memang, tapi lagi lagi kata yang keluar "yaa mau gimana lagi, perasaan orang bukan gue yang atur".

Jadi buat sekarang, Nala hanya ingin ketenangan, tanpa Alex, tanpa perempuan Alex, tanpa rasa sakit yang selalu kamu berikan padaku. 

Untuk semua yang sudah Nala berikan, lagu, surat apapun itu Nala harap itu bisa menjadi sebuah kenangan rasa sakit diri Nala. Apa Nala harus berterimakasih? Mungkin iya, karna terkadang kita bisa lebih bijaksana setelah kita melalui beberapa hal yang menyakitkan, dan selamat Alex sudah menyakiti Nala beberapa kali. Semoga hal - hal baik selalu menyertai kehidupan ini. 

Nala sama sekali tidak berharap agar kita dipertemukan di lain waktu, bukan perkara Nala sudah mengikhlaskan Alex tapi Nala rasa sudah terlalu banyak hal yang menyakitkan yang Alex tinggalkan dalam diri ini. Harapan Nala adalah Nala tidak lagi mengenalmu dan tidak lagi memiliki perasaan seperti ini.

Senin, 02 Januari 2023

Cerita Yang Tak Berkelanjutan

 Jadi, bagaimana dengan Bandung? Laut melepaskan sepatunya dan menaruhnya diantara bagian pot – pot bunga milik nala.

‘oiya, bagaimana dengan proposal yang kukirim kemarin, sudah direvisi?” tanya laut pada nala sembari berjalan duduk ke arah nala yang sedang memainkan laptopnya

‘tidak lihat aku sedang apa?’ ucap Nala sembari menunjukan proposal yang sedang ia revisi di laptopnya

‘ha ha ha, aku kan gatau, bisa aja kamu main laptop lagi main zombie kan?’ laut menyeringai lalu meminum kopi yang ada pada meja

Laut dan nala merupakan partner organisasi di kampusnya, sudah dari maba laut dan nala saling kenal, namun baru ditahun ke 2 kuliah mereka terlihat dekat karna banyak sekali organisasi yang mereka ikuti Bersama. Nala dan laut satu fakultas hanya beda jurusan.

‘ku rasa ini sudah, nanti kalo ada revisi lagi tinggal kabari aku, aku harus ke kampus dulu tiba – tiba dosenku masuk’ nala langsung bergegas menyiapkan dirinya untuk berangkat ke kampus. ‘sudah ku kirim ke email mu, tinggal kamu cek aja’ sambung nala

‘yaudahh biar sekalian aku aja ke kampusnya, aku juga mau ngecek lab’

Nala hanya mengangguk

Setelah itu, nala dan laut langsung pergi ke kampus untuk urusan mereka masing – masing.

Nala menutup matanya erat – erat , melihat sesuatu yang tidak disangka dan membuatnya sesak. Laut sedang berduaan dengan seorang kaka tingkat ia kenal satu organisasi dengannya. Nala benar – benar tak menyangka akan hal itu, sosok laut yang ia kagumi, tetapi dibelakang ternyata seperti itu, terlebih lagi perempuan yang sedang Bersama laut ialah seorang kaka tingkat yang terkenal alim dan selalu berpakaian tertutup. Tetapi, siang ini matahari memang naik begitu cepat sama halnya air mata nala yang tidak terbendung lagi.

Padahal nala baru saja ingin menyampaikan progress mengenai proposal kerja sama dengan perusahaan, tetapi melihat kejadian itu nala benar – benar murung............

???

titik 0

  7 bulan terlewat begitu saja, sepi, sedih, hampa aku lalui sendiri dalam kegelapan, belum juga aku temukan secercah Cahaya. Entah aku yang...